jogjacamps.blogspot.com - Assalamualaikum. Nama saya Anne, umur 24 tahun. Saya masuk Islam di akhir bulan Maret 2015 lalu.
Saya tumbuh besar dlm pengasuhan keluarga Kristen Katolik di Inggris. Saya dan saudara laki-laki saya tumbuh dlm pengasuhan ibu yg berasal dari keluarga Katolik dan bahkan kakek saya seorang Katolik taat.
Saya sekolah di sekolah Katolik. Pendidikan dan keyakinan agama banyak saya dpt dari sana. Tapi sejak kecil, saya sudah mulai mempertanyakan ajaran-ajaran yg saya dapatkan dari sana yg membuat saya mengingkari tapi di saat yg bersamaan saya jg merasa bersalah. Hingga di tahun kedua, (usia saya baru 6 tahun) kami, murid-murid di sana, melakukan persiapan untk Ritual Komuni Suci -skramen kedua dari tiga sakramen untk pengukuhan diri sebagai Katolik (Babtis, Komuni, dan Konfirmasi). Setelah menjalani Ritual Komuni pertama, seorang Katolik boleh mengikuti kegiatan semacam pesta di Gereja: makan roti dan minum anggur yg oleh pedeta Katolik dikatakan sebagai jelmaan tubuh dan darah Yesus Kristus. Untuk persiapan menghadapi Ritual Komuni, saya diharuskan mengkuti ceramah-ceramah di kelas tentang Yesus, Injil, Gereja, dan jalan hidup umat Katolik. Selain itu juga, untk pertama kalinya saya harus mengikuti Ritual Konfesi.
Kami semua mengantri di luar Gereja saat itu, satu per satu dipanggil untk berbicara empat mata dgn pendeta mengenai dosa yg telah kami perbuat. Hingga giliran saya tiba. Saat itu, saya berjalan menuju Altar, lalu duduk di hadapan pendeta. Saya merasa tak yakin dgn apa yg akan saya katakan. Beberapa saat saya mendengar ia berbicara tentang pengampunan. Kemudian menanyai saya tentang dosa-dosa yg telah saya perbuat. Saat itu saya sangat malu dan bingung. Saya katakan padanya bahwa saya telah berkelahi dgn saudara laki-laki saya, tapi sudah baikan lagi. Apakah saya orang jahat? Apakah saya telah berbuat dosa? Bahkan saya tak tahu dosa itu apa. Apakah saya berbohong kepada pendeta jika saya katakan bahwa saya belum pernah melakukan dosa? Si pendeta terus menanyai saya, berusaha menggali lebih banyak tentang dosa-dosa yg telah saya lakukan. Ia berusaha membuktikan bahwa saya adlh pedosa. Hingga saya keluar dgn perasaan tak terima atas kejadian itu.
Masa kanak-kanak saya dipenuhi pertanyaan demi pertanyaan. Mengapa harus ada pajangan gambar orang-orang alim? Mengapa harus ada patung Maryam? Bagaimana bisa kita tahu wajah Yesus? Apakah roti itu benar-benar jelmaan tubuh Yesus? Apa saya benar-benar terlahir dgn dosa? Apa itu Roh Suci? Dan apa itu Trinitas? Apakah itu semacam zat gas? Mengapa semuanya harus emas? Mengapa pemeluk Katolik tak boleh bercerai? Saya merasa sangat bingung dgn pertanyaan-pertanyaan itu hingga mencapai remaja. Setelah itu saya memutuskan untk meninggalkan agama. Sementara teman-teman saya di sekolah telah mendapatkan Pengukuhan sebagai Katolik di Gereja, saya menolak. Saya tak bisa berbohong kepada Tuhan dgn apa yg sebenarnya saya yakini.
Karena itu, saya tinggalkan agama secara total. Saya berpikir, jika agama begitu membingungkan seperti ini, saya tak mau memiliki agama. Tapi hati kecil saya tak pernah mengatakan kalau Tuhan tak ada, sehingga saya menjadi agnostik.
Saat remaja, orang tua saya bercerai setelah bertahun-tahun ibu mendapat perlakuan kasar dari ayah. Saya jg memiliki masalah dgn cara beradaptasi di sekolah karena ayah jg mengajar di sana. Saya sangat berbeda dari anak-anak lain dan terlihat sangat tak bahagia, karena itu saya jadi bahan olok-olok di sekolah. Ibu jg mengalami masa-masa sulit saat itu, sehingga tak bisa secara maksimal mencurahkan rasa kasih sayangnya kepada kami sebagaimana ketika kami masih kecil. Makan malam bersama hanya menjadi khayalan belaka. Beberapa hari hanya makan roti bakar dan sereal adlh hal biasa. Keluarga saya hancur berantakan, ayah tak mau lagi mengenal saya. Karena malu, saya tak pernah bercerita kepada teman-teman di sekolah tentang masalah itu. Saya berlari ke internet untk mengungkapkan rasa sakit yg saya alami dan untk menciptakan sosok Anne yg sama sekali berbeda dari yg dikenal di sekolah.
Kala itu akhirnya saya menemukan Islam dari seorang kawan yg saya kenal di internet. Sebut saja namanya Y. Kami sering berbincang soal agama, tapi karena privasinya yg tinggi, kami tak banyak berbicara tentang Islam. Hingga waktu berlalu, akhirnya saya memiliki hubungan asmara dgn Y di usia 23 tahun. Terkadang kami berbincang soal Islam, hingga saya merasa ingin beriman lagi. Tak ada Trinitas, tak ada Pendeta, tak ada Konfesi, dan kisah Yesus yg lebih dpt diterima hati dan akal pikiran. Saya merasa seseorang telah menghidupkan lagi cahaya setelah bertahun-tahun redup. Seolah saya merasa, akhirnya ada begitu banyak orang di dunia ni yg setuju dgn pemikiran saya selama ni yg sebelumnya tak saya ketahui apakah orang-orang itu benar-benar ada. Karena bertahun-tahun saya merasa jadi orang yg paling mengerikan di dunia karena memiliki pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Tapi saat itu saya tak lekas masuk Islam. Hubungan saya dgn Y diwarnai ketegangan. Kadang-kadang ketika ia berbicara tentang Islam, ia seperti menutup-nutupi / terkesan rendah diri. Sikapnya keterlaluan pd saya. Ia sering menghina dan begitu mudah menghakimi. Karena itu saya tak masuk Islam hingga ia meninggalkan saya.
Malam itu saya bermimpi. Saya berada di sebuah jembatan di atas kali. Saya ingin menyebrangi jembatan itu, karena saya merasa ada bahaya di belakang. Seorang wanita berawajah bengis, yg terlihat seperti ibu saya, ingin menangkap saya. Di samping saya ada perempuan kecil berambut pirang, yg terlihat seperti wajah saya ketika kecil, ia meminta bareng menyebrang dgn saya. Saya katakan padanya bahwa lebih aman ia tetap di situ. Kemudian saya menuju ke tepian sungai. Setelah itu saya mulai menenggelamkan diri. Air kali itu berwarna hitam pekat dgn digenangi banyak potongan tubuh manusia, kuku jari, dan rambut. Saya tenggelam! Hingga terus tenggelam. Sekejap kemudian saya sudah berada di tepian sungai lagi. Saya mencoba naik dan ketika akan melompat melalui pagar pembatas sungai, sebuah wajah tiba-tiba muncul di hadapan saya. Wajah itu milik lelaki yg sangat tampan hingga membuat saya bertanya apakah ia suami saya. Pipinya terlihat sangat jelas. Warna kulitnya coklat pirang keemasan. Matanya berkilauan. Ada cahaya berkilauan di sekitar wajahnya. Rambutnya seolah tertaik ke atas. Dan ia memiliki jenggot.
Ketika saya menanyainya ia hanya menunduk dan mengacuhkan saya. Ia berbicara terus-menerus dgn bahasa yg saya tak mengerti. Saya terus menanyai hingga ia menunjukkan sesuatu. Sebuah mutiara dgn lima garis horisontal dan lima ukiran tangan mungil di tiap akhir garis. Tentu saja saya tak paham sama sekali sehingga saya mengatakan padanya bahwa saya tak paham apa maksudnya. Setelah berulang kali menanya, ia akhirnya jadi tak sabar. Suaranya meninggi dan ia menatap mata saya kemudian mengatakan, ‘Waktu!’ Sontak saya kaget dan bangun.
Saat itu kira-kira pukul 4.30 malam. Saya tahu mimpi ni penting dan sepertinya ada hubungannya dgn Tuhan / Islam. Saya mencari kata kunci itu di internet dgn Smartphone saya: Islam, tangan, lima, mutiara. Dan saya temukan beberapa jawaban. Saya duduk terpekur di kegelapan, merenungi lima rukun Islam, tangan Fatimah dan merasa hening. Lampu Smartphone mati. Saya masih duduk dan berpikir ketika tiba-tiba ada secercah cahaya yg berkedap-kedip di sudut kamar saya. Kemudian saya hidupkan kembali Smartphone dan menyorotkan cahaya Smartphone ke sudut cahaya itu berada. Tak ada apa-apa. Belum ada orang bangun saat itu. Cahaya Smartphone saya mati lagi. Kemudian cahaya aneh itu kembali muncul.
Keesokannya setelah saya bangun, saya ceritakan mimpi itu kepada ibu dan jg saya katakan padanya saya akan membaca Al-Qur’an. Saya coba menghubungi Y lagi untk menanyakan takwil mimpi saya. Karena ia satu-satunya muslim yg saya kenal. Ia tak bisa menakwilkan mimpi itu dan mengatakan pd saya untk menyembunyikan mimpi itu. Kami berhenti bicara setelah itu dan saya mulai membaca.
Saya pindah ke lain kota di mana di sana banyak muslimah yg membantu saya menemukan Islam. Mereka jg membantu saya menakwil mimpi. Meski takwil mereka belum membuat saya puas. Seorang muslimah mengatakan pd saya bahwa Nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam memberikan mutiara hikmah kepada saya berupa: perhatikan lima hal sebelum lima hal terjadi; masa mudamu sebelum masa tua, masa sehatmu sebelum masa sakit, masa kayamu sebelum masa miskin, masa luangmu sebelum masa sibuk, dan hidupmu sebelum matimu. Dan saat itu saya berpikir selama ni saya memang yg terus menerus menyia-nyiakan waktu dgn meratapi hancurnya hubungan saya dgn Y dan terus-menerus angkuh untk mengakui kebenaran Islam.
Muslimah yg lain mengatakan kepada saya tentang Surah Al-Asr yg mana salah seorang member Hadith Of The Day memberi rekomendasi kepada saya untk melihat video kajian tafsir Surah Al-Asr yg disampaikan oleh Ustad Nouman Ali Khan. Dari video itu saya menangkap pernyataan bahwa manusia benar-benar tenggelam dlm kesesatan dan tentunya tak memiliki cukup waktu ketika tenggelam. Kita semua tengelam dlm kesesatan lantaran kita menyia-nyiakan waktu yg diberikan Allah. Salah satu hal yg mengagumkan dari surat ni adlh karena ia berhubungan dengam mimpi saya.
Karena itu, hanya masalah waktu hingga akhirnya saya mengikrarkan syahadatain, melalui bantuan teman-teman muslimah.
Terima kasih karena telah membaca kisah saya. Saya berharap kisah ni akan menjadi inspirasi buat semua orang yg tengah merasakan momen-momen pahit agar jangan sampai kehilangan keimanan kepada Allah. Hidup adlh perjalanan yg berliku, kita tak pernah tahu pasti jalan mana yg akan kita tempuh selanjutnya.
Anne
Redaksi
Semoga artikel ni bermanfaat bagi Anda. Dipersilakan membagikan artikel-artikel yg ada di blog ni tanpa perlu meminta izin kepada tim redaksi kisah muslim dunia dgn tetap mencantumkan sumber.
source : http://okezone.com, http://reddit.com
0 Response to "[Kisah mualaf] Demi Allah, Saya Masuk Islam"
Post a Comment