jogjacamps.blogspot.com - Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dlm Proses Belajar - Definisi perkembangan (development) menurut Santrock (2011) adlh pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yg dimulai dari masa pembuahan dan berlanjut sepanjang rentang kehidupan. Sebagian besar perkembangan melibatkan pertumbuhan, meskipun pd akhirnya perkembangan jg melibatkan penurunan fungsi (kematian). Slavin (2002) mengemukakan definisi perkembangan sebagai suatu cara manusia untk tumbuh, beradaptasi, dan berubah di sepanjang hidupnya, melalui perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa.
Tipe-tipe perkembangan dijelaskan dlm Moreno (2010), bahwa perkembangan terdiri dari perkembangan fisik, yaitu perubahan dlm segi fisik dan kemampuan motorik; perkembangan kognitif yaitu perubahan yg terjadi pd pikiran dan cara berpikir manusia; perkembangan bahasa, yaitu perkembangan pd kemampuan manusia untk berkomunikasi dgn sesama; dan perkembangan sosial dan personal, mengacu pd perubahan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang di sekitar kita.
Karakteristik perkembangan dlm Moreno (2010):
Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa definisi perkembangan adlh sebuah pola perubahan dan pertumbuhan yg terjadi pd aspek fisik, pikiran, bahasa, sosioemosional dan interpersonal, yg terjadi di sepanjang perjalanan hidup manusia, yg terjadi secara berurutan, bertahap, dan pd tingkatan yg berbeda untk tiap individu.
Isu-isu dlm Perkembangan
Isu Nature vs Nurture
Isu ni melibatkan perdebatan tentang apakah perkembangan sangat dipengaruhi oleh nature / nurture (Bjorklund, 2006; Shiraev & Levy, 2007, dlm Santrock, 2011). Nature merujuk pd warisan biologis suatu organisme, nurture merujuk pd pengalaman lingkungannya. Saat ini, psikolog pendidikan (Berk, 2003; Berlz, Bee, & Boy, 2003; Cook & Cook, 2005; Fabes & Martin, 2000, dlm Slavin, 2002) sebagian besar mempercayai bahwa nature dan nurture bergabung untk mempengaruhi perkembangan, dimana faktor biologis memainkan peran yg kuat dlm beberapa aspek, seperti perkembangan fisik, dan faktor lingkungan memainkan peran yg lebih kuat pd orang lain, seperti perkembangan moral.
Isu kontinuitas-diskontinuitas (continuity-discontinuity issue)
Isu ni berfokus pd sejauh mana perkembangan melibatkan perubahan kumulatif dan bertahap (kontinuitas) / tingkatan yg berbeda (diskontinuitas). Seringnya, para ahli perkembangan yg menekankan nurture biasanya mendeskripsikan perkembangan sebagai sebuah proses yg berkelanjutan dan bertahap, seperti pertumbuhan biji sampai menjadi pohon manga. Sedangkan yg menekankannature sering mendeskripsikan perkembangan sebagai serangkaian tingkatan yg berbeda, seperti misalnya metamorphosis ulat menjadi kupu-kupu (Santrock, 2011).
Perkembangan secara kontinuitas bisa dilihat pd seorang anak ketika ia berhasil berjalan untk pertama kali, meskipun terlihat seperti satu peristiwa yg tiba-tiba dan tak berkelanjutan, sebenarnya merupakan hasil dari pertumbuhan dan latihan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Dari segi diskontinuitas contohnya, ketika seorang anak beralih dari tak bisa berpikir secara abstrak tentang dunia menjadi mampu berpikir secara abstrak. Ini adlh perubahan yg bersifat kualitatif dan berhenti dlm perkembangan, bukan perubahan yg kuantitatif dan berkelanjutan.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Skema (Schemes)
Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dgn kecenderungan bawaan untk berinteraksi dan memahami lingkungan mereka.. Anak-anak menunjukkan pola perilaku / pemikiran, yg disebut skema, yg jg digunakan oleh anak-anak yg lebih tua dan orang dewasa untk memahami segala hal yg ada di dunia. Sebagai contoh, sebagian besar bayi menemukan bahwa satu hal yg dpt dilakukan dgn sebuah benda adlh dgn membanting benda itu. Ketika mereka melakukan hal ini, benda itu akan menimbulkan suara, dan mereka melihat benda itu mengenai permukaan. Pengamatan mereka memberitahu mereka sesuatu tentang benda. Bayi jg belajar tentang suatu benda dgn menggigit, mengisap, dan melemparkannya. Masing-masing pendekatan untk berinteraksi dgn benda-benda disekitarnya disebut skema. Menurut Piaget, mereka akan menggunakan skema yg telah mereka kembangkan dan akan mengetahui apakah benda itu bersuara keras / lembut ketika dipukul, apa rasanya, dan bagaimana benda itu jatuh, apakah menggelinding / memantul (Slavin, 2002).
Contohnya, seorang anak berusia 6 tahun mungkin memiliki skema mengklasifikasikan objek menurut ukuran, bentuk, dan warna. Pada saat kita beranjak dewasa, kita telah membentuk banyak sekali skema yg beragam, dari cara mengendarai mobil, menyeimbangkan anggaran, sampai konsep tentang keadilan (Santrock, 2011).
Asimilasi dan Akomodasi
Piaget memberikan konsep asimilasi dan akomodasi untk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan dan menyesuaikan skema mereka. Asimilasi (assimilation) terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dlm skema mereka yg sudah ada sebelumnya. Akomodasi (accommodation) terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema agar sesuai dgn informasi dan pengalaman baru mereka (Santrock, 2011).
Contoh, seorang anak yg telah mempelajari kata mobil untk mengidentifikasi mobil keluarga. Anak itu menyebut semua kendaraan yg bergerak di jalanan dgn sebutan mobil - termasuk sepeda motor dan truk - maka anak itu mengasimilasi objek-objek ni ke dlm skema yg telah ada sebelumnya. Akan tetapi, anak tersebut segera mempelajar bahwa sepeda motor dan truk bukanlah mobil, lalu mengakomodasi skema tersebut - dgn mengubah konsep tentan mobil, sehingga sepeda motor dan truk tak dikategorikan sebagai mobil.
Organisasi
Organisasi (organization) dlm teori Piaget adlh mengelompokkan perilaku dan pikiran ke dlm suatu susunan system yg lebih tinggi.
Contoh, seorang anak yg memiliki pengetahuan tentang mobil, sepeda motor, dan truk lalu akan mempelajari bagaimana ia mengorganisasikan pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan tentang alat-alat transportasi dan menghubungkan kegunaan-kegunaan alat-alat transportasi tersebut.
Ekuilibrasi
Ekuilibrasi (equilibration) adlh mekanisme yg diajukan Piaget untk menjelaskan bagaimana anak-anak beralih dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya. Peralihan ni terjadi ketika anak-anak mengalami konflik kognitif - / disekuilibrium - dlm memahami dunia. Pada akhirnya, mereka menyelesaikan konflik tersebut dan mencapai keseimbangan / ekuilibrium pemikiran.
Sebagai contoh, seorang anak percaya bahwa jumlah cairan berubah hanya karena cairan tersebut dituang ke sebuah wadah yg mempunyai bentuk berbeda - misalnya, dari wadah yg pendek dan lebar ke wadah yg tinggi dan sempit - ia mungkin dibuat bingung oleh masalah seperti dari manakah cairan ekstra tersebut dan apakah benar-benar ada ada lebih banyak cairan untk diminum. Anak tersebut pd akhirnya akan menyelesaikan teka-teki ni ketika pikirannya menjadi lebih maju (Santrock, 2011).
Asimilasi dan akomodasi selalu membawa cara berpikir anak untk mencapai ke tingkat yg lebih tinggi. Bagi Piaget, motivasi untk berubah merupakan pencarian internal untk mencapai ekuilibrium. Ketika skema lama disesuaikan dan skema baru dikembangkan, anak tersebut mengorganisasikan skema lama dan baru. Akhirnya, organisasi tersebut pd dasarnya berbeda dari organisasi yg lama; organisasi tersebut adlh cara berpikir yg baru (Santrock, 2011).
Tahapan Perkembangan Kognitif: Piaget
Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dgn mengoordinasikan pengalaman sensori (seperti melihat dan mendengar) dgn tindakan motoric mereka (meraih, menyentuh) - oleh karena itu disebut sensorimotor. Bayi mengalami kemajuan dari tindakan instingtual dan reflex pd saat kelahiran, menjadi tindakan yg memiliki tujuan di akhir masa tahapan ini.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Ciri-ciri anak yg berada pd tahapan perkembangan ni adalah, memiliki konsep pemikiran yg simbolis, bersifat egosentris dan lebih intuitif daripada logis. Tahap ni dibagi menjadi dua subtahap, yaitu subtahap fungsi simbolik, berlangsung antara usia 2-4 tahun. Dalam subtahap ini, anak melatih kemampuan untk mewujudkan secara mental sebuah benda yg tak ada. Hal itu akan memperluas dunia mental si anak menuju dimensi baru. perkembangan bahasa yg cepat dan adanya permainan simbolik, merupakan contoh lain dari peningkatan dlm pemikiran simbolik selama subtahap masa kanak-kanak awal. Anak mulai menggunakan rancangan yg kasar untk menggambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak aspek lain di dunia. Gambar anak-anak sangat penuh daya khayal dan imajinatif, mungkin karena mereka tak peduli dgn kenyataan di sekitarnya (Winner, 1986, dlm Santrock, 2011). \
Pada subtahap ini, pemikiran praoperasional anak-anak memiliki dua batasan penting yaitu egosentrisme dan animisme. Egosentrisme adlh ketidakmampuan untk membedakan antara perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain. Animisme adlh keyakinan bahwa benda mati mempunyai sifat seperti makhluk hidup dan mampu bertindak/bergerak. Seorang anak yg dlm tahap praoperasional mungkin akan berkata, Lantai ni nakal, karena membuatku terjatuh!.
Subtahap pemikiran intuitif adlh pemikiran praoperasional yg kedua, dimulai sekitar usia 4 tahun dan berlangsung sampai sekitar usia 7 tahun. Pada subtahap ini, anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitive dan ingin mengetahui jawaban untk semua jenis pertanyaan. Piaget menyebut tahap ni intuitif karena anak-anak tampak sangat yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tapi tak sadar bagaimana mereka mengetahui apa yg mereka ketahui (Santrock, 2011).
Karakteristik lain adlh mereka mengajukan banyak pertanyaan. Serbuan pertanyaan dimulai sekitar usia 3 tahun. Pada usia 5 tahun, mereka baru akan membuat lelah orang-orang dewasa di sekitar mereka dgn pertanyaan Kenapa?. Pertanyaan Kenapa? menunjukkan munculnya minat anak dlm mencari tahu mengenai segala hal. Berikut adlh contoh pertanyaan anak-anak usia 4-6 tahun (Elkind, 1976, dlm Santrock, 2011):
Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pemikiran operasional konkret melibatkan penggunaan konsep operasi. Pemikiran yg logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dlm situasi yg konkret. Anak-anak yg dlm tahap pemikiran operasional konkret mampu untk membentuk suatu konsep, melihat hubungan antar konsep, dan menyelesaikan masalah, tetapi hanya jika permasalahan tersebut sudah familiar baginya (Slavin, 2002). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak mengalami beberapa perkembangan dlm pemikiran:
Klasifikasi (classification) adlh kemampuan untk mengelompokkan benda menurut persamaan karakteristik. Sebelum anak-anak memasuki tahap ini, mereka mungkin mampu untk mengelompokkan benda dlm satu kelompok (contoh: benda warna hijau / benda warna merah saja), tetapi belum mampu untk mengelompokkan ke dlm kelompok yg lebih khusus. Contohnya, ketika anak yg dlm tahap praoperasional dihadapkan pd beberapa balok segitiga dan lingkaran berwarna biru dan hijau, mereka mungkin mengelompokkannya berdasarkan warna biru dan hijau, tapi pd anak yg dlm tahap operasional konkret, mereka sudah mampu mengelompokkan berdasarkan bentuknya juga, yaitu segitiga dan lingkaran (Moreno, 2010).
Seriasi (seriation) kemampuan untk mengurutkan benda sesuai dgn jumlah, panjangnya, / volumenya. Ketika kemampuan seriasi sudah dikuasai, maka anak-anak akan mengembangkantransitivitas (transitivity), yaitu kemampuan untk memahami hubungan antatra dua benda, berdasarkan pd hubungan yg sudah diketahui dari hubungan salah satu benda yg pertama dgn benda yg ketiga. Jadi, jika terdapat suatu hubugan antara benda pertama dan benda kedua, serta terjadi hubungan antara benda kedua dan benda ketiga, maka akan terjadi pula hubungan antara benda pertama dan ketiga. Contoh, seandainya terdapat tiga tongkat (A, B, dan C) yg mempunyai panjang berbeda. A adlh tongkat yg paling panajng, B memiliki panjang menengah, dan C adlh yg paling pendek. Dalam teori Piaget, para pemikir operasional konkret mampu memahami bahwa: jika A lebih panjang daripada B, B lebih panjang daripada C, maka A adlh lebih panjang daripada C. Anak yg dlm tahap praoperasional belum dpt memahami hal itu.
Tahap Operasional Formal (11 tahun - usia dewasa)
Pada tahap ini, seseorang mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis (Santrock, 2011). Seseorang mulai mampu untk berhadapan dgn situasi potensial, dan mampu untk memperkirakan berbagai kemungkinan atas sebuah situasi. Mereka menyusun rencana-rencana untk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji berbagai solusi. Istilah pemikiran deduktif-hipotesis Piaget (hypothetical-deductive reasoning) merupakan konsep bahwa remaja dpt mengembangkan hipotesis-hipotesis (dugaan terbaik) mengenai berbagai cara untk memecahkan masalah dan mencapai sebuah kesimpulan secara sistematis.
Pada masa ini, seseorang sedang dlm fase perkembangan di masa remaja, dimana salah satu bentuk egosentrisme jg muncul. Egosentrisme masa remaja adlh peningkatan kesadaran diri yg tercermin dlm keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik kepada diri mereka seperti halnya mereka tertarik kepada diri sendiri. Egosentrisme remaja adlh sesuatu yg normal, dan lebih sering terjadi pd anak di sekolah menengah pertama daripada sekolah menengah atas. Akan tetapi, pd beberapa remaja, egosentrisme masa remaja dpt berkontribusi pd perilaku ugal-ugalan, termasuk pikiran untk bunuh diri, penggunaan obat-obatan terlarang, dan perilaku seksual sebelum menikah. Egosentrisme mengakibatkan remaja berpikir bahwa mereka tak terkalahkan (Santrock, 2011).
Tahap Pemikiran Sosial-Kognitif: Vygotsky
Menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental mempunyai hubungan eksternal / hubungan sosial. Dalam teori Vygotsky, orang lain dan bahasa memainkan peran kunci dlm perkembangan kognitif seorang anak (Bodrova & Leong, 2007; Fidalgo & Pereira, 2005; Hyson, Copple, & Jones, 2006; Stetsenko & Arievitch, 2004, dlm Santrock, 2011).
Vygotsky percaya bahwa proses perkembangan kognitif dibentuk dan distimulasi oleh konteks sosiokultural. Menurut Vygotsky, balita mulai mengembangkan konsep objek permanensi ketika berumur 2 tahun, bukan karena mereka mencapai tahap perkembangan yg lebih tinggi, tapi karena interaksi sosial berulang yg membuatnya mengerti respons yg diharapkan dari mereka (Moreno, 2010).
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development - ZPD) adlh istilah Vygotsky untk kisaran tugas-tugas yg terlalu sulit saat sang anak melakukannya sendiri, tetapi dpt dipelajari dgn bimbingan / bantuan orang lain (orang dewasa / anak-anak lain yg lebih terampil). Jadi, batas bawah dari ZPD adlh tingkat ketrampilan yg dpt diraih oleh anak yg dilakukan secara mandiri. Batas atasnya adlh tingkat tanggung jawab tambahan yg dpt diterima anak dgn bantuan seorang pengajar yg kompeten.
Scaffolding berhubungan erat dgn konsep ZPD, artinya mengubah tingkat dukungan. ketika siswa sedang memepelajari sebuah tugas baru, orang yg lebih terampil dpt melakukan pengajaran langsung. Seiring meningkatnya kompetensi siswa, bimbingan yg diberikan lebih sedikit. Scaffolding seringkali digunakan untk membantu siswa mencapai batas atas dari ZPD mereka (Horowitz, dkk, 2005, dlm Santrock, 2011).
Private speech (Percakapan pribadi/sendiri) adlh mekanisme yg ditekankan oleh Vygotsky untk mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan personal/pribadi (Slavin, 2002). Contoh, anak kecil berbicara keras-keras kepada diri mereka sendiri mengenai hal-hal seperti mainan mereka / tugas-tugas yg sedang mereka selesaikan. Jadi, misalnya mereka sedang mengerjakan puzzle, anak mungkin berkata Potongan ni salah, aku akan mencoba yg itu, beberapa menit kemudian iaya mungkin akan berkata, Ini sulit.. (Santrock, 2011).
Perbandingan Teori Piaget dan Vygotsky
Daftar Pustaka
Sekian artikel tentang Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dlm Proses Belajar.
Tipe-tipe perkembangan dijelaskan dlm Moreno (2010), bahwa perkembangan terdiri dari perkembangan fisik, yaitu perubahan dlm segi fisik dan kemampuan motorik; perkembangan kognitif yaitu perubahan yg terjadi pd pikiran dan cara berpikir manusia; perkembangan bahasa, yaitu perkembangan pd kemampuan manusia untk berkomunikasi dgn sesama; dan perkembangan sosial dan personal, mengacu pd perubahan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang di sekitar kita.
Karakteristik perkembangan dlm Moreno (2010):
- Perkembangan bersifat berurutan; misalnya, anak-anak mengembangkan kemampuan dlm urutan yg logis, seperti mengembangkan kemampuan untk mengucapkan kata-kata sebelum mampu memproduksi kalimat lengkap.
- Perkembangan terjadi secara bertahap: perkembangan anak tak terjadi dlm semalam melainkan selama periode yg relatif lama.
- Peerkembangan terjadi pd tingkat yg berbeda untk individu yg berbeda pula; misalnya, di sebuah kelas, beberapa siswa akan lebih matang secara emosional dari orang lain, / akan menampilkan keterampilan kognitif yg lebih tinggi daripada yg lain.
Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa definisi perkembangan adlh sebuah pola perubahan dan pertumbuhan yg terjadi pd aspek fisik, pikiran, bahasa, sosioemosional dan interpersonal, yg terjadi di sepanjang perjalanan hidup manusia, yg terjadi secara berurutan, bertahap, dan pd tingkatan yg berbeda untk tiap individu.
image source: theodysseyonline.com |
baca juga: Pengertian, Sejarah, dan Riset dlm Psikologi Pendidikan
Isu-isu dlm Perkembangan
Isu Nature vs Nurture
Isu ni melibatkan perdebatan tentang apakah perkembangan sangat dipengaruhi oleh nature / nurture (Bjorklund, 2006; Shiraev & Levy, 2007, dlm Santrock, 2011). Nature merujuk pd warisan biologis suatu organisme, nurture merujuk pd pengalaman lingkungannya. Saat ini, psikolog pendidikan (Berk, 2003; Berlz, Bee, & Boy, 2003; Cook & Cook, 2005; Fabes & Martin, 2000, dlm Slavin, 2002) sebagian besar mempercayai bahwa nature dan nurture bergabung untk mempengaruhi perkembangan, dimana faktor biologis memainkan peran yg kuat dlm beberapa aspek, seperti perkembangan fisik, dan faktor lingkungan memainkan peran yg lebih kuat pd orang lain, seperti perkembangan moral.
Isu kontinuitas-diskontinuitas (continuity-discontinuity issue)
Isu ni berfokus pd sejauh mana perkembangan melibatkan perubahan kumulatif dan bertahap (kontinuitas) / tingkatan yg berbeda (diskontinuitas). Seringnya, para ahli perkembangan yg menekankan nurture biasanya mendeskripsikan perkembangan sebagai sebuah proses yg berkelanjutan dan bertahap, seperti pertumbuhan biji sampai menjadi pohon manga. Sedangkan yg menekankannature sering mendeskripsikan perkembangan sebagai serangkaian tingkatan yg berbeda, seperti misalnya metamorphosis ulat menjadi kupu-kupu (Santrock, 2011).
Perkembangan secara kontinuitas bisa dilihat pd seorang anak ketika ia berhasil berjalan untk pertama kali, meskipun terlihat seperti satu peristiwa yg tiba-tiba dan tak berkelanjutan, sebenarnya merupakan hasil dari pertumbuhan dan latihan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Dari segi diskontinuitas contohnya, ketika seorang anak beralih dari tak bisa berpikir secara abstrak tentang dunia menjadi mampu berpikir secara abstrak. Ini adlh perubahan yg bersifat kualitatif dan berhenti dlm perkembangan, bukan perubahan yg kuantitatif dan berkelanjutan.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Skema (Schemes)
Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dgn kecenderungan bawaan untk berinteraksi dan memahami lingkungan mereka.. Anak-anak menunjukkan pola perilaku / pemikiran, yg disebut skema, yg jg digunakan oleh anak-anak yg lebih tua dan orang dewasa untk memahami segala hal yg ada di dunia. Sebagai contoh, sebagian besar bayi menemukan bahwa satu hal yg dpt dilakukan dgn sebuah benda adlh dgn membanting benda itu. Ketika mereka melakukan hal ini, benda itu akan menimbulkan suara, dan mereka melihat benda itu mengenai permukaan. Pengamatan mereka memberitahu mereka sesuatu tentang benda. Bayi jg belajar tentang suatu benda dgn menggigit, mengisap, dan melemparkannya. Masing-masing pendekatan untk berinteraksi dgn benda-benda disekitarnya disebut skema. Menurut Piaget, mereka akan menggunakan skema yg telah mereka kembangkan dan akan mengetahui apakah benda itu bersuara keras / lembut ketika dipukul, apa rasanya, dan bagaimana benda itu jatuh, apakah menggelinding / memantul (Slavin, 2002).
Contohnya, seorang anak berusia 6 tahun mungkin memiliki skema mengklasifikasikan objek menurut ukuran, bentuk, dan warna. Pada saat kita beranjak dewasa, kita telah membentuk banyak sekali skema yg beragam, dari cara mengendarai mobil, menyeimbangkan anggaran, sampai konsep tentang keadilan (Santrock, 2011).
Asimilasi dan Akomodasi
Piaget memberikan konsep asimilasi dan akomodasi untk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan dan menyesuaikan skema mereka. Asimilasi (assimilation) terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dlm skema mereka yg sudah ada sebelumnya. Akomodasi (accommodation) terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema agar sesuai dgn informasi dan pengalaman baru mereka (Santrock, 2011).
Contoh, seorang anak yg telah mempelajari kata mobil untk mengidentifikasi mobil keluarga. Anak itu menyebut semua kendaraan yg bergerak di jalanan dgn sebutan mobil - termasuk sepeda motor dan truk - maka anak itu mengasimilasi objek-objek ni ke dlm skema yg telah ada sebelumnya. Akan tetapi, anak tersebut segera mempelajar bahwa sepeda motor dan truk bukanlah mobil, lalu mengakomodasi skema tersebut - dgn mengubah konsep tentan mobil, sehingga sepeda motor dan truk tak dikategorikan sebagai mobil.
Organisasi
Organisasi (organization) dlm teori Piaget adlh mengelompokkan perilaku dan pikiran ke dlm suatu susunan system yg lebih tinggi.
Contoh, seorang anak yg memiliki pengetahuan tentang mobil, sepeda motor, dan truk lalu akan mempelajari bagaimana ia mengorganisasikan pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan tentang alat-alat transportasi dan menghubungkan kegunaan-kegunaan alat-alat transportasi tersebut.
Ekuilibrasi
Ekuilibrasi (equilibration) adlh mekanisme yg diajukan Piaget untk menjelaskan bagaimana anak-anak beralih dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya. Peralihan ni terjadi ketika anak-anak mengalami konflik kognitif - / disekuilibrium - dlm memahami dunia. Pada akhirnya, mereka menyelesaikan konflik tersebut dan mencapai keseimbangan / ekuilibrium pemikiran.
Sebagai contoh, seorang anak percaya bahwa jumlah cairan berubah hanya karena cairan tersebut dituang ke sebuah wadah yg mempunyai bentuk berbeda - misalnya, dari wadah yg pendek dan lebar ke wadah yg tinggi dan sempit - ia mungkin dibuat bingung oleh masalah seperti dari manakah cairan ekstra tersebut dan apakah benar-benar ada ada lebih banyak cairan untk diminum. Anak tersebut pd akhirnya akan menyelesaikan teka-teki ni ketika pikirannya menjadi lebih maju (Santrock, 2011).
Asimilasi dan akomodasi selalu membawa cara berpikir anak untk mencapai ke tingkat yg lebih tinggi. Bagi Piaget, motivasi untk berubah merupakan pencarian internal untk mencapai ekuilibrium. Ketika skema lama disesuaikan dan skema baru dikembangkan, anak tersebut mengorganisasikan skema lama dan baru. Akhirnya, organisasi tersebut pd dasarnya berbeda dari organisasi yg lama; organisasi tersebut adlh cara berpikir yg baru (Santrock, 2011).
Tahapan Perkembangan Kognitif: Piaget
Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dgn mengoordinasikan pengalaman sensori (seperti melihat dan mendengar) dgn tindakan motoric mereka (meraih, menyentuh) - oleh karena itu disebut sensorimotor. Bayi mengalami kemajuan dari tindakan instingtual dan reflex pd saat kelahiran, menjadi tindakan yg memiliki tujuan di akhir masa tahapan ini.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Ciri-ciri anak yg berada pd tahapan perkembangan ni adalah, memiliki konsep pemikiran yg simbolis, bersifat egosentris dan lebih intuitif daripada logis. Tahap ni dibagi menjadi dua subtahap, yaitu subtahap fungsi simbolik, berlangsung antara usia 2-4 tahun. Dalam subtahap ini, anak melatih kemampuan untk mewujudkan secara mental sebuah benda yg tak ada. Hal itu akan memperluas dunia mental si anak menuju dimensi baru. perkembangan bahasa yg cepat dan adanya permainan simbolik, merupakan contoh lain dari peningkatan dlm pemikiran simbolik selama subtahap masa kanak-kanak awal. Anak mulai menggunakan rancangan yg kasar untk menggambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak aspek lain di dunia. Gambar anak-anak sangat penuh daya khayal dan imajinatif, mungkin karena mereka tak peduli dgn kenyataan di sekitarnya (Winner, 1986, dlm Santrock, 2011). \
Pada subtahap ini, pemikiran praoperasional anak-anak memiliki dua batasan penting yaitu egosentrisme dan animisme. Egosentrisme adlh ketidakmampuan untk membedakan antara perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain. Animisme adlh keyakinan bahwa benda mati mempunyai sifat seperti makhluk hidup dan mampu bertindak/bergerak. Seorang anak yg dlm tahap praoperasional mungkin akan berkata, Lantai ni nakal, karena membuatku terjatuh!.
Subtahap pemikiran intuitif adlh pemikiran praoperasional yg kedua, dimulai sekitar usia 4 tahun dan berlangsung sampai sekitar usia 7 tahun. Pada subtahap ini, anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitive dan ingin mengetahui jawaban untk semua jenis pertanyaan. Piaget menyebut tahap ni intuitif karena anak-anak tampak sangat yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tapi tak sadar bagaimana mereka mengetahui apa yg mereka ketahui (Santrock, 2011).
Karakteristik lain adlh mereka mengajukan banyak pertanyaan. Serbuan pertanyaan dimulai sekitar usia 3 tahun. Pada usia 5 tahun, mereka baru akan membuat lelah orang-orang dewasa di sekitar mereka dgn pertanyaan Kenapa?. Pertanyaan Kenapa? menunjukkan munculnya minat anak dlm mencari tahu mengenai segala hal. Berikut adlh contoh pertanyaan anak-anak usia 4-6 tahun (Elkind, 1976, dlm Santrock, 2011):
- Kenapa matahari bersinar?
- Kenapa daun gugur?
- Apa yg membuatmu tumbuh?
- Kenapa sapi itu makan rumput?
- Dll..
Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pemikiran operasional konkret melibatkan penggunaan konsep operasi. Pemikiran yg logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dlm situasi yg konkret. Anak-anak yg dlm tahap pemikiran operasional konkret mampu untk membentuk suatu konsep, melihat hubungan antar konsep, dan menyelesaikan masalah, tetapi hanya jika permasalahan tersebut sudah familiar baginya (Slavin, 2002). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak mengalami beberapa perkembangan dlm pemikiran:
Klasifikasi (classification) adlh kemampuan untk mengelompokkan benda menurut persamaan karakteristik. Sebelum anak-anak memasuki tahap ini, mereka mungkin mampu untk mengelompokkan benda dlm satu kelompok (contoh: benda warna hijau / benda warna merah saja), tetapi belum mampu untk mengelompokkan ke dlm kelompok yg lebih khusus. Contohnya, ketika anak yg dlm tahap praoperasional dihadapkan pd beberapa balok segitiga dan lingkaran berwarna biru dan hijau, mereka mungkin mengelompokkannya berdasarkan warna biru dan hijau, tapi pd anak yg dlm tahap operasional konkret, mereka sudah mampu mengelompokkan berdasarkan bentuknya juga, yaitu segitiga dan lingkaran (Moreno, 2010).
Seriasi (seriation) kemampuan untk mengurutkan benda sesuai dgn jumlah, panjangnya, / volumenya. Ketika kemampuan seriasi sudah dikuasai, maka anak-anak akan mengembangkantransitivitas (transitivity), yaitu kemampuan untk memahami hubungan antatra dua benda, berdasarkan pd hubungan yg sudah diketahui dari hubungan salah satu benda yg pertama dgn benda yg ketiga. Jadi, jika terdapat suatu hubugan antara benda pertama dan benda kedua, serta terjadi hubungan antara benda kedua dan benda ketiga, maka akan terjadi pula hubungan antara benda pertama dan ketiga. Contoh, seandainya terdapat tiga tongkat (A, B, dan C) yg mempunyai panjang berbeda. A adlh tongkat yg paling panajng, B memiliki panjang menengah, dan C adlh yg paling pendek. Dalam teori Piaget, para pemikir operasional konkret mampu memahami bahwa: jika A lebih panjang daripada B, B lebih panjang daripada C, maka A adlh lebih panjang daripada C. Anak yg dlm tahap praoperasional belum dpt memahami hal itu.
Tahap Operasional Formal (11 tahun - usia dewasa)
Pada tahap ini, seseorang mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis (Santrock, 2011). Seseorang mulai mampu untk berhadapan dgn situasi potensial, dan mampu untk memperkirakan berbagai kemungkinan atas sebuah situasi. Mereka menyusun rencana-rencana untk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji berbagai solusi. Istilah pemikiran deduktif-hipotesis Piaget (hypothetical-deductive reasoning) merupakan konsep bahwa remaja dpt mengembangkan hipotesis-hipotesis (dugaan terbaik) mengenai berbagai cara untk memecahkan masalah dan mencapai sebuah kesimpulan secara sistematis.
Pada masa ini, seseorang sedang dlm fase perkembangan di masa remaja, dimana salah satu bentuk egosentrisme jg muncul. Egosentrisme masa remaja adlh peningkatan kesadaran diri yg tercermin dlm keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik kepada diri mereka seperti halnya mereka tertarik kepada diri sendiri. Egosentrisme remaja adlh sesuatu yg normal, dan lebih sering terjadi pd anak di sekolah menengah pertama daripada sekolah menengah atas. Akan tetapi, pd beberapa remaja, egosentrisme masa remaja dpt berkontribusi pd perilaku ugal-ugalan, termasuk pikiran untk bunuh diri, penggunaan obat-obatan terlarang, dan perilaku seksual sebelum menikah. Egosentrisme mengakibatkan remaja berpikir bahwa mereka tak terkalahkan (Santrock, 2011).
Tahap Pemikiran Sosial-Kognitif: Vygotsky
Menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental mempunyai hubungan eksternal / hubungan sosial. Dalam teori Vygotsky, orang lain dan bahasa memainkan peran kunci dlm perkembangan kognitif seorang anak (Bodrova & Leong, 2007; Fidalgo & Pereira, 2005; Hyson, Copple, & Jones, 2006; Stetsenko & Arievitch, 2004, dlm Santrock, 2011).
Vygotsky percaya bahwa proses perkembangan kognitif dibentuk dan distimulasi oleh konteks sosiokultural. Menurut Vygotsky, balita mulai mengembangkan konsep objek permanensi ketika berumur 2 tahun, bukan karena mereka mencapai tahap perkembangan yg lebih tinggi, tapi karena interaksi sosial berulang yg membuatnya mengerti respons yg diharapkan dari mereka (Moreno, 2010).
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development - ZPD) adlh istilah Vygotsky untk kisaran tugas-tugas yg terlalu sulit saat sang anak melakukannya sendiri, tetapi dpt dipelajari dgn bimbingan / bantuan orang lain (orang dewasa / anak-anak lain yg lebih terampil). Jadi, batas bawah dari ZPD adlh tingkat ketrampilan yg dpt diraih oleh anak yg dilakukan secara mandiri. Batas atasnya adlh tingkat tanggung jawab tambahan yg dpt diterima anak dgn bantuan seorang pengajar yg kompeten.
Scaffolding berhubungan erat dgn konsep ZPD, artinya mengubah tingkat dukungan. ketika siswa sedang memepelajari sebuah tugas baru, orang yg lebih terampil dpt melakukan pengajaran langsung. Seiring meningkatnya kompetensi siswa, bimbingan yg diberikan lebih sedikit. Scaffolding seringkali digunakan untk membantu siswa mencapai batas atas dari ZPD mereka (Horowitz, dkk, 2005, dlm Santrock, 2011).
Private speech (Percakapan pribadi/sendiri) adlh mekanisme yg ditekankan oleh Vygotsky untk mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan personal/pribadi (Slavin, 2002). Contoh, anak kecil berbicara keras-keras kepada diri mereka sendiri mengenai hal-hal seperti mainan mereka / tugas-tugas yg sedang mereka selesaikan. Jadi, misalnya mereka sedang mengerjakan puzzle, anak mungkin berkata Potongan ni salah, aku akan mencoba yg itu, beberapa menit kemudian iaya mungkin akan berkata, Ini sulit.. (Santrock, 2011).
Perbandingan Teori Piaget dan Vygotsky
Daftar Pustaka
- Moreno, R. (2010). Educational psychology. Hoboken, N.J.: John Wiley & Sons.
- Santrock, J. (2011). Educational psychology (5th ed.). New York: McGraw-Hill.
- Slavin, R. (2002). Educational psychology: Theory and practice (8th ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Sekian artikel tentang Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dlm Proses Belajar.
other source : http://merdeka.com, http://detik.com, http://ilmupsikologi.com
0 Response to "Perkembangan Individu & Pengaruhnya dalam Proses Belajar"
Post a Comment