jogjacamps.blogspot.com - Ibu saya selalu memasak makanan dgn hati dan cinta, tak heran semua hasil masakannya selalu terasa lezat dan pas di lidah kami. Tapi karena memasak dgn hati dan cinta inilah maka takarannya pun sulit untk diikuti secara akurat porsinya. Gula dan garam seringkali dimasukkan menggunakan 'jumputan' jemari tangan. Walau seakan terlihat asal cemplung sana-sini tapi rasanya selalu konsisten dan tak pernah membuat kami kecewa. Pendapat ni mungkin tak fair, mengingat semua anak yg dibesarkan dgn masakan Ibu-nya biasaya akan menganggap masakan Ibu mereka paling sedap sedunia. ^_^
Tentu saja menu yg dimasak Ibu saya terbatas. Beliau bukan maniac pencoba resep seperti saya yg selalu gatal ingin segera lari ke dapur ketika melihat satu resep 'moncer' di buku / internet. Tapi menurut para orang tua, jika anak gadis sudah berhasil membuat sambal terasi yg sedap maka sudah waktunya untk dikawinkan. Artinya sudah jago memasak dan bisa menyediakan hidangan yg enak untk suami. Nah sambal terasi buatan Ibu saya hingga kini belum ada tandingannya, bukan berarti Ibu saya layak untk menikah kembali, tetapi masakan beliau memang benar-benar nendang rasanya! ^_^
Lucunya, kalau ni bisa dianggap lucu - walau berulangkali kami selalu memuji masakan beliau dgn kata-kata, "Wah Mama jago banget masak. Masakannya enak banget"! Tetap saja beliau sepertinya kurang pe-de jika disebut cukup jago dibidang ini. Buktinya saya pernah secara tak sengaja mendengar percakapan beliau dgn adik saya, Wiwin, seperti ini, "Si Endang ni belajar masak darimana ya? Kok sekarang bisa masak macam-macam. Mama sampai heran." Adik saya lantas menjawab, "Ya dari Mama lah." Terdengar suara halaman buku yg dibolak-balik, "Masa dari Mama? Ini di bukunya sih dibilang Mama yg ngajarin masak, tapi Mama mana bisa masak yg model begini."
Sepertinya beliau lupa, bahwa saya adlh putri beliau satu-satunya yg suka nongkrong di dapur menemani memasak sejak kecil. Sementara kedua saudara perempuan saya lainnya sepertinya alergi menginjakkan kaki kesana. Beliau sepertinya jg lupa, telah mengajari saya bagaimana menyiangi ikan dan aneka seafood, menyiangi aneka sayuran, belajar merajang dan memotong bumbu, mengenali tiap aneka rempah, membedakan antara kencur dan temu kunci / menyeimbangkan rasa asin dan manis pd satu masakan. Beliau mengajarkan saya basic memasak, dan itu merupakan elemen yg paling penting dlm semua proses belajar memasak. Saya tak akan bisa mengembangkan basic itu / mencoba ratusan resep lainnya tanpa pondasi yg kuat. "So Mom, you are my Guru and inspirations! I can't say thank you enough"!
Nah salah satu menu masakan khas beliau yg saya suka, diantara semua masakan beliau yg semuanya saya suka, adlh acar ikan. Mungkin karena rasanya asam, asin, dan manis, tiga elemen rasa yg saya suka pd satu masakan. Selain itu acar ikan menggunakan ketimun, wortel dan nanas yg membuat rasanya menjadi lebih segar. Ibu saya biasanya menggunakan aneka ikan laut / ikan bandeng segar, tapi dgn bandeng presto / ikan pindang pun rasanya tetap nendang. Masakan ni mungkin mirip dgn pesmol a la Betawi, bedanya pesmol biasanya berwarna lebih kuning karena porsi kunyit yg lebih banyak. Saya sendiri lebih suka menyebutnya dgn acar karena cabai lebih mendominasi sehingga warnanya menjadi lebih jingga.
Banyak pembaca JTT yg komplain berat ke saya karena hampir semua masakan yg saya buat selalu pedas / super pedas, "Mbok ya dibanyakin resep sayur yg nggak pedas dong Mba. Anak saya baru umur empat tahun, jadi nggak bisa makan masakan pedas." Sejujurnya saya akui, lidah saya ni sudah mati rasa dgn rasa pedas, sehingga berapapun cabai yg dimasukkan saya masih santai saja menyantapnya, sementara Heni, asisten rumah saya, sudah berlari ke dispenser meneguk air sebanyak-banyaknya. Jadi untk rasa pedas, asin, manis, asam, saya kembalikan ke selera masing-masing, karena takaran tersebut bisa kita atur sendiri sesuai kesukaan.
Poin penting membuat acar bandeng ni adlh saat menumis bumbu. Walau saya benci memasukkan minyak banyak-banyak saat menumis karena 1 sendok makan minyak sekitar 14 gram mengandung 119 kcal, dan itu lebih tinggi dari 1 buah pisang ambon ukuran besar, tapi harus bagaimana lagi? Untuk menumis bumbu seperti ni / bumbu lainnya seperti balado maka kita harus menggunakan minyak yg agak banyak agar bumbu matang, tak mudah gosong, memiliki warna yg cantik dan terasa lebih sedap. Jadi jika saat menumis dirasa minyak kurang mampu mematangkan bumbu maka tambahkan sedikit minyak lagi ya sayang. ^_^
Untuk sayuran / buah yg bisa anda masukkan sebenarnya cukup bervariasi. Disini saya menggunakan ketimun, wortel, belimbing wuluh, dan nanas. Tapi kedondong (yep kedondong!), mangga muda, kembang kol, paprika, jg sedap dan mantap. Selain itu saya jg suka menggunakan cabai rawit dan bawang merah utuh, bahkan dulu saya selalu request ke Ibu untk dimasukkan banyak-banyak bawang merah ke dalamnya. Rasa bawang merah yg manis dgn tekstur lembut memang tiada duanya jika disantap bersama bumbu acar yg terasa nano-nano. Skip jika anda tak menyukainya ya.
Untuk ikannya, seperti yg saya sebutkan di atas, jenis ikan apapun oke untk digunakan, dan tak harus dipresto seperti ini. Ikan air laut seperti tengiri, tuna, tongkol, kembung, kakap, kerapu / air tawar seperti ikan mas, gurame, bandeng, bawal, mujair mantap untk dicoba. Siangi ikan dan bumbui terlebih dahulu dgn garam, bawang putih, kunyit dan ketumbar yg dihaluskan, baru goreng hingga kering.
Nah berikut resep dan prosesnya yg mudah.
Acar Bandeng PrestoResep diadaptasikan dari Ibu saya
Untuk 6 porsi
Tertarik dgn resep a la Ibu saya lainnya? Silahkan klik link di bawah ni ya:
Sambal Pecel Ngawi a la My Mom
Opor Ayam a la My Mom
Ungkep Daging Sapi a la My Mom
Bahan: - 2 ekor bandeng presto ukuran sedang, potong menjadi 3 bagian - 1 buah ketimun kecil, potong sepanjang 3 x 1 cm - 1/2 buah wortel, potong korek api - 1/4 buah nanas, potong 3 x 2 cm
- 5 -7 buah belimbing wuluh, potong memanjang seperti korek api (skip jika tak ada)
Bumbu dihaluskan: - 6 buah cabai rawit merah - 5 buah cabai merah keriting - 6 siung bawang merah - 4 siung bawang putih - 3 butir kemiri sangrai - 1 1/2 cm kunyit
Bumbu dan bahan lainnya: - 3 sendok makan minyak untk menumis - 1 1/2 cm jahe, dipipihkan - 3 cm lengkuas, dipipihkan - 3 lembar daun salam - 3 lembar daun jeruk - 5 siung bawang merah belah menjadi dua bagian - 15 buah cabai rawit hijau biarkan utuh - 2 sendok teh garam - 1 1/2 sendok makan gula pasir
- 50 - 100 ml air - air jeruk nipis dari 1 butir jeruk nipis, / 1/2 sendok makan cuka masak
Cara membuat:
Siapkan ikan bandeng presto, goreng hingga kering. Angkat dan tiriskan.Tata bandeng di sebuah piring saji. Sisihkan.
Siapkan wajan, masukkan dan panaskan minyak untk menumis. Masukkan bumbu halus, tumis bumbu hingga matang, harum, berubah warnanya menjadi lebih gelap dan tak pucat. Masukkan semua bumbu lainnya kecuali air jeruk nipis. Aduk rata dan tumis hingga harum dan daun rempah layu. Tambahkan 50 ml air, banyaknya air tergantung dari kekentalan bumbu yg anda inginkan jadi tambahkan porsinya jika kurang. Aduk dan masak hingga mendidih.
Masukkan potongan sayuran. Aduk rata.
Masak hingga sayuran layu dan empuk, aduk selama dimasak agar tak gosong. Tumisan akan mengeluarkan air dari sayuran yg dimasak, jadi jangan menambahkan air terlalu banyak. Masukkan air jeruk nipis / cuka, aduk rata dan cicipi rasanya sesuaikan gula, garam dan air jeruk nipis/cuka.
Tuangkan bumbu tumisan ke permukaan bandeng presto yg telah digoreng. Sajikan hangat bersama nasi putih. Super yummy!
0 Response to "[Intermezo] Acar Bandeng Presto a la My Mom"
Post a Comment