Tarikh: Cerita Abu Qudamah (kisah Teladan)

Tarikh: Cerita Abu Qudamah (kisah Teladan)
jogjacamps.blogspot.com - >> Affan Aja
Cerita Abu Qudamah (Kisah teladan) Abu Qudamah dahulu dikenal sebagai orang yg hatinya dipenuhi kecintaan akan jihad fi
sabilillah. Tidak pernah dia mendengar akan jihad fi sabilillah, / adanya perang antara kaum muslimin dgn orang kafir, kecuali dia selalu ikut serta berjuang di pihak kaum muslimin. Suatu ketika sedang ia duduk- duduk di Masjidil Haram, ada seseorang yg menghampirinya seraya berkata: "Hai Abu Qudamah, anda adlh orang yg gemar berjihad di jalan Allah, maka ceritakanlah peristiwa paling ajaib yg pernah kau alami dlm berjihad." "Baiklah, aku akan menceritakannya bagi kalian, " kata Abu Qudamah. "Suatu ketika aku berangkat bersama beberapa sahabatku untk memerangi kaum Salibis di beberapa pos kawalan dekat sempadan. Dalam perjalanan itu aku melalui kota Raqqah (sebuah kota di Iraq, dekat sungai Eufrat). Di sana aku membeli seekor unta yg akan kugunakan untk membawa persenjataanku. Di samping itu aku mengajak warga kota melalui masjid-masjid, untk ikut serta dlm jihad dan berinfaq fi sabilillah. Menjelang malamnya, ada orang yg mengetuk pintu. Tatkala kubukakan, ternyata ada seorang wanita yg menutupi wajahnya dgn pakaiannya. "Apa yg anda inginkan?" tanyaku. "Andakah yg bernama Abu Qudamah?" katanya balik bertanya. "Benar, " jawabku. "Andakah yg hari ni mengumpulkan dana untk membantu jihad di perbatasan?" tanyanya kembali. "Ya, benar, " jawabku. Maka wanita itu menyerahkan secarik kertas dan sebuah bungkusan terikat, kemudian berpaling sambil menangis. Pada kertas itu tertulis, "Anda mengajak kami untk ikut berjihad, tapi aku tak sanggup untk itu. Maka kupotong dua pintal rambut kesayanganku (1) agar anda jadikan sebagai tali kuda Anda. Kuharap bila Allah melihatnya pd kuda Anda dlm jihad, Dia mengampuni dosaku kerananya." "Demi Allah, aku kagum atas semangat dan kegigihannya untk ikut berjihad, demikian pula dgn kerinduannya untk mendapat ampunan Allah dan Syurga-Nya, " kata Abu Qudamah. Keesokan harinya, aku bersama sahabatku berangkat meninggalkan Raqqah. Tatkala kami tiba dimedan Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seseorang penunggang kuda yg memanggil-manggil, "Hai Abu Qudamah.. Hai Abu Qudamah.. tunggulah sebentar, semoga Allah merahmatimu, " laung orang itu. "Kalian berangkat dahulu, biar aku yg mencari siapa orang ini, " perintahku kepada para sahabatku. Ketika aku hendak menyapanya, orang itu mendahuluiku dan mengatakan, "Segala puji bagi Allah yg mengizinkanku untk ikut bersamamu, dan tak menolak penyertaanku." "Apa yg kau inginkan?" tanyaku. "Aku ingin ikut bersamamu memerangi orang-orang kafir, " jawabnya. "Perlihatkan wajahmu, aku ingin lihat, kalau engkau memang cukup dewasa dan wajib berjihad, akan aku terima. Tapi jika masih kecil dan tak wajib berjihad, terpaksa kutolak." kataku. Ketika ia menyingkap wajahnya, tampaklah olehku wajah yg putih bersinar bak bulan purnama. Ternyata ia masih muda belia, dan umurnya baru 17 tahun. "Wahai anakku, apakah kamu memiliki ayah?" tanyaku. "Ayah terbunuh di tangan kaum Salibis dan aku ingin ikut bersamamu untk memerangi orang-orang yg membunuh ayahku, " jawabnya. Bagaimana dgn ibumu, masih hidupkah dia?" tanyaku lagi. "Ya, " jawabnya. "Kembalilah ke ibumu dan jagalah ia baik-baik, kerana syurga ada di bawah telapak kakinya, " pintaku kepadanya. "Kau tak kenal ibuku?" tanyanya "Tidak, " jawabku. "Ibuku ialah pemilik amanah itu, " katanya. "Amanah yg mana, " tanyaku "Dialah yg mengamanahkan tali kuda itu, " jawabnya. "Tali kuda yg mana?" tanyaku kehairanan. "Subhanallah..!! Alangkah pelupanya Anda ini, tak ingatkah Anda dgn wanita yg datang malam tadi menyerahkan seutas tali kuda dan bingkisan?" "Ya , aku ingat, " jawabku. "Dialah ibuku! Dia menyuruhku untk berjihad bersamamu dan mengambil sumpah dariku supaya aku tak kembali lagi, " katanya. "Ibuku berkata, "Wahai anakku, jika kamu telah berhadapan dgn musuh, maka janganlah kamu melarikan diri. Persembahkanlah jiwamu untk Allah. Mintalah kedudukan di sisi-Nya, dan mintalah agar engkau ditempatkan bersama ayah dan bapa saudaramu di Jannah. Jika Allah mengurniaimu mati syahid, maka mintalah syafa'at bagiku." Kemudian ibu memelukku, lalu mendongakkan kepalanya ke langit seraya berkata, "Ya Allah.. Ya Ilahi.. inilah puteraku, buah hati dan belahan jiwaku, kupersembahkan dia untukmu, maka dekatkanlah dia dgn ayahnya." "Aku benar-benar takjub dgn anak ini, " kata Abu Qudamah, lalu anak itupun segera merayu, "Kerananya, kumohon atas nama Allah, janganlah engkau halangi aku untk berjihad bersamamu. InsyaaAllah akulah asy-syahid putra asy-syahid. Aku telah hafal al-Qur'an. Aku jg pandai menunggang kuda dan memanah. Maka janganlah meremehkanku hanya karena usiaku yg masih muda, " kata anak itu memelas. Setelah mendengar permintaannya aku tak upaya melarangnya, maka kusertakanlah ia bersamaku. Demi Allah, ternyata tak pernah kulihat orang yg lebih cekap darinya. Ketika pasukan bergerak, dialah yg tercepat ketika kami singgah untk beristirahat, dialah yg paling sibuk menguruskan kami, sedang lidahnya tak pernah berhenti dari dzikrullah sama sekali. Kemudian kamipun singgah di suatu tempat dekat pos sempadan. Semasa itu matahari hampir tenggelam dan kami dlm keadaan berpuasa. Maka ketika kami hendak menyiapkan hidangan untk berbuka dan makan malam, pemuda itu bersumpah atas nama Allah bahawa ialah yg akan menyiapkannya. Tentu saja kami melarangnya kerana ia baru saja keletihan kerana perjalanan yanh jauh tadi. Akan tetapi pemuda itu berkeras untk menyiapkan hidangan bagi kami. Maka ketika kami beristirahat di suatu tempat, kami katakan kepadanya, "Jauhkan sedikit agar asap kayu apimu tak mengganggu kami." Maka pemuda itupun mengambil tempat yg agak jauh dari kami untk memasak. Akan tetapi ia itu tak kunjung tiba. Mereka merasa bahawa ia agak terlambat menyiapkan hidangan mereka. "Hai Abu Qudamah, tengoklah pemuda itu. Ia telah terlalu lama memasak. Apa dah jadi dengannya?" pinta seseorang kepadaku. Lalu aku bergegas menemuinya, maka kudapati pemuda itu telah menyalakan api unggun dan memasak sesuatu di atasnya. Tetapi kerana terlalu letih, iapun tertidur sambil menyandarkan kepalanya pd sebuah batu. Melihat keadaanya yg seperti itu, sungguh demi Allah aku tak sampai hati mengganggu tidurnya, tapi aku jg tak mungkin kembali kepada sahabat- sahabatku dgn tangan hampa, kerana sampai sekarang kami belum memakan apa-apa. Akhirnya kuputuskan untk menyiapkan makanan itu sendiri. Akupun mula menyediakan masakan, sambil memasak, sesekali aku memandang pemuda itu. Suatu ketika terlihat olehku bahawa anak muda itu tersenyum. Lalu perlahan-lahan senyumnya makin melebar dan mulailah ia tertawa kegirangan. Aku merasa takjub melihat tingkah lakunya itu, kemudian ia tersentak dari mimpinya dan terbangun. Ketika melihatku menyiapkan masakan sendirian, ia nampak gugup dan terburu-buru mengatakan, "Pak cik, maafkan aku, nampaknya aku terlambat menyiapkan makanan bagi kalian." "Ah tidak, sebenarnya kamu tak terlambat , " jawabku. "Sudah, tinggalkan saja masakan ini, biar aku yg menyiapkannya, aku adlh pelayan kalian selama jihad, " kata pemuda itu. "Tidak, " sahutku, "Demi Allah, engkau tak kuizinkan menyiapkan apa-apa bagi kami sampai engkau menceritakan kepadaku apa yg membuatmu tertawa sewaktu tidur tadi? Keadaanmu sungguh menghairankan, " ujarku. "Pak cik, itu cuma mimpi yg kulihat sewaktu tidur, " kata pemuda itu. "Mimpi apa yg engkau lihat?" tanyaku. "Sudahlah, tak usah bertanya tentangnya. Ini masalah pribadi antara aku dgn Allah, " sahut pemuda itu. "Tidak boleh "Mimpi apa yg engkau lihat?" tanyaku. "Sudahlah, tak usah bertanya tentangnya. Ini masalah pribadi antara aku dgn Allah, " sahut pemuda itu. "Tidak boleh, kumohon atas nama Allah agar kamu menceritakannya, " kataku. "Pak cik, dlm mimpi tadi aku melihat seakan aku berada di Jannah, kudapati Jannah itu dlm segala keindahan dan keanggunannya, sebagaimana yg Allah ceritakan dlm al- Qur'an. Ketika aku berjalan-jalan di dalamnya dgn rasa kagum, tiba-tiba terlihat olehku sebuah istana megah yg berkilauan, dindingnya dari emas dan perak, tiangnya dari mutiara dan batu permata, dan gerbangnya dari emas. Di tiang itu ada kerai-kerai yg terjuntai, lalu perlahan kerai itu tersingkap dan nampaklah gadis- gadis remaja yg cantik jelita, wajah mereka bersinar bak rembulan." Kutatap wajah-wajah cantik itu dgn penuh kekaguman, sungguh, kecantikan yg luar biasa, kelu lidahku, lalu muncullah seorang gadis lain yg lebih cantik dari mereka, dgn telunjuknya ia memberi isyarat kepada gadis yg ada di sampingnya seraya mengatakan, "Inilah (calon) suami al-Mardhiyyah.. ya, dialah calon suaminya.. benar, dialah orangnya!" Aku tak faham siapa itu al- Mardhiyyah, maka aku bertanya kepadanya, "Kamukah al- Mardhiyyah..?" "Aku hanyalah satu di antara dayang-dayang al-Mardhiyyah.." katanya. "Anda ingin bertemu dgn al- Mardhiyyah..?" tanya gadis itu. "Kemarilah.. masuklah ke sini, semoga Allah merahmatimu, " serunya. Tiba-tiba kulihat diatasnya ada sebuah bilik dari emas merah.. dlm bilik itu ada tilam yg bertahtakan permata hijau dan kaki-kakinya terbuat dari perak putih yg berkilauan. Dan di atasnya.. seorang gadis remaja dgn wajah bersinar laksana surya!! Kalaulah Allah tak memantapkan hati dan penglihatanku, niscaya butalah mataku dan hilanglah akalku kerana tak kuasa menatap kecantikannya..!!! Tatkala ia menatapku, ia menyambutku seraya berkata, "Selamat datang, hai Wali Allah dan Kekasih-Nya. Aku diciptakan untukmu, dan engkau adlh milikku." Mendengar suara merdu itu, aku berusaha mendekatinya dan menyentuhnya.. tapi sebelum tanganku sampai kepadanya, ia berkata, "Wahai kekasihku dan tambatan hatiku.. semoga Allah menjauhkanmu dari segala kekejian.. urusanmu di dunia masih tersisa sedikit.. InsyaaAllah besok kita akan bertemu selepas Ashar." Akupun tersenyum dan senang mendengarnya." Abu Qudamah melanjutkan, "Selesai mendengar cerita si pemuda yg indah tadi, aku berkata kepadanya, "InsyaaAllah mimpimu merupakan pertanda baik." Lalu kamipun makan hidangan tadi bersama-sama, kemudian meneruskan perjalanan kami menuju pos perbatasan. ****************************** * ****************************** * ************ catatatan : 1. Ibnul Jauzi dlm syarahnya mengatakan, "Wanita ni niatnya baik, tapi caranya keliru kerana ia tak tahu bahawa perbuatannya itu - yakni memotong ikatan rambutrnya - terlarang, kerananya dlm hal ni kita hanya mengikuti niatnya saja." ****************************** * ****************************** * ************ Setibanya di pos perbatasan kami menurunkan semua muatan dan bermalam di sana. Keesokan harinya setelah menunaikan sholat fajar, kita bergerak ke medan pertempuran untk menghadapi musuh. Panglima (Comandant) bangun untk mengatur barisan. Ia membaca permulaan Surat al- Anfaal. Ia mengingatkan kami akan besarnya pahala jihad fi sabilillah dan mati syahid, sambil terus mengobarkan semangat jihad kaum muslimin. Abu Qudamah menceritakan, "Tatkala kuperhatikan orang-orang di sekitarku, kudapati masing- masing dari mereka mengumpulkan anak buahnya di kelilingnya. Adapun si pemuda, ia tak punya ayah yg memanggilnya, / bapa saudara yg mengajaknya, dan tak pula saudara yg mendampinginya. Akupun terus mengikuti dan memperhatikan gerak-geriknya, lalu terlihatlah olehku bahawa ia berada di barisan terdepan. Maka segeralah kukejar dia, kusibak barisan demi barisan hingga sampai kepadanya, kemudian aku berkata, "Wahai anakku, apakah engkau ada pengalaman berperang..?" "Tidak.. tak pernah. Ini justru pertempuranku yg pertama kali melawan orang kafir, " jawab pemuda itu. "Wahai anakku, sesungguhnya perkara ni tak semudah yg engkau bayangkan, ni adlh peperangan. Satu pertumpahan darah di tengah gemerincingnya pedang, ringkikan kuda, dan hujan panah. Wahai anakku, sebaiknya engkau ambil tempat di belakang saja. Jika kita menang engkaupun ikut menang, tapi jika kita kalah engkau tak menjadi korban pertama, " pintaku kepadanya. Lalu dgn tatapan penuh kehairanan ia berkata, " Pak cik, engkau berkata seperti itu kepadaku..!?" "Ya, aku mengatakan seperti itu kepadamu, " jawabku. "Pak cik.. apa engkau menginginkanku jadi penghuni neraka..?" tanyanya. "A'uudzubillaah!! Sungguh, bukan begitu.. kita semua tak berada di medan jihad seperti ni kecuali kerana lari dari neraka dan memburu syurga, " jawabku. Lalu kata si pemuda, "Sesungguhnya Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang kafir yg sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka(mundur). Barangsiapa yg membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untk (strategi) perang / hendak menggabungkan diri dgn pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya itu."(QS. Al- Anfaal: 15-16) "Adakah Pak cik menginginkan aku berpaling membelakangi mereka sehingga tempat kembaliku adlh neraka?" tanyanya. Akupun hairan dgn kegigihannya dan sikapnya yg memegang teguh ayat tersebut. Kemudian aku berusaha menjelaskan, "Wahai anakku, ayat itu maksudnya bukan seperti yg engkau katakan." Tapi tetap saja ia berkeras tak mau berpindah ke belakang. Akupun menarik tangannya secara paksa, membawa ke akhir barisan. Tapi ia justru menarik lengannya kembali seakan ingin melepaskan diri dari genggamanku. Lalu perangpun dimulai dan aku terhalang oleh pasukan berkuda darinya. Dalam kancah pertempuran itu terdengarlah derap kaki kuda, diiringi gemerincing pedang dan hujan panah, lalu mulalah kepala- kepala berjatuhan satu-persatu. Bau hanyir darah tercium di mana- mana. Tangan dan kaki bergelimpangan. Dan tubuh-tubuh tak bernyawa terbujur bermandi darah. Demi Allah, perang itu telah menyibukkan tiap orang akan dirinya sendiri dan melupakan orang lain. Sebatan dan kilatan pedang di atas kepala yg tak henti-hentinya, menjadikan suhu memuncak, seakan-akan ada tungku api yg menyala di atas kami. Perangpun makin memuncak, kedua pasukan bertempur habis- habisan sampai matahari tergelincir dan masuk waktu zhuhur. Ketika itulah Allah berkenan menganugerahkan kemenangan bagi kaum muslimin, dan pasukan Salib lari tunggang-langgang. Setelah mereka kalah dan berundur, aku berkumpul bersama beberapa orang sahabatku untk menunaikan sholat zhuhur. Selepas sholat, mulailah masing-masing dari kami mencari sanak keluarganya di antara para korban perang. Sedangkan si pemuda itu.. tak ada seorangpun yg mencarinya / menanyakan khabarnya. Maka kukatakan dlm hati, "Aku harus mencarinya dan mengetahui keadaannya, barangkali ia terbunuh, terluka / jatuh dlm tawanan musuh?" Akupun mulai mencarinya di tengah para korban, aku menoleh ke kanan dan kiri kalau-kalau ia terlihat olehku. Di masa itulah aku mendengar ada suara yg lemah di belakangku yg mengatakan, "Saudara-saudara.. tolong panggilkan pak cik ku Abu Qudamah kemari.. panggilkan Abu Qudamah kemari." Aku menoleh kearah suara tadi, ternyata tubuh itu ialah tubuh si pemuda dan ternyata puluhan tombak telah menusuk tubuhnya. Ia terpijak oleh pasukan berkuda. Dari mulutnya keluar darah segar. Badannya terkoyak-koyak (luka) dan tulangnya patah teruk. Ia terlantar seorang diri di tengah padang pasir. Maka aku segera bersimpuh di hadapannya dan berteriak sekuat tenagaku, "Akulah Abu Qudamah..!! Aku ada di sampingmu..!!" "Segala puji bagi Allah yg masih menghidupkanku hingga aku dpt berwasiat kepadamu.. maka dengarlah baik-baik wasiatku ini.." kata pemuda itu. Abu Qudamah mengatakan, sungguh demi Allah, tak kuasa menahan tangisku. Aku teringat akan segala kebaikannya, sekaligus sedih akan ibunya yg tinggal di Raqqah. Tahun lalu ia dikejutkan dgn kematian suami dan saudara-saudaranya, lalu sekarang dikejutkan dgn kematian anaknya. Aku menyingsingkan sebahagian kainku lalu mengusap darah yg menutupi wajah pucatnya itu. Ketika ia merasakan sentuhanku ia berkata, "Pak cik.. usaplah darahku dgn pakaianku, dan jangan engkau usap dgn pakaianmu." Demi Allah, aku tak kuasa menahan tangisku dan tak tahu harus berkata apa. Sesaat kemudian, anak muda itu berkata dgn suara yg lemah, "Pak cik.. berjanjilah bahawa sepeninggalku nanti engkau akan kembali ke Raqqah, dan memberi khabar gembira bagi ibuku bahawa Allah telah menerima hadiahnya, dan bahawa anaknya telah gugur di jalan Allah dlm keadaan maju dan pantang berundur. Sampaikan pula kepadanya jikalau Allah menakdirkanku sebagai syuhada, akan kusampaikan salamnya untk ayah dan baba saudaraku di jannah. Pak cik.. aku khawatir kalau nanti ibu tak mempercayai ucapanmu. Maka ambillah pakaianku yg berlumuran darah ini, kerana bila ibu melihatnya ia akan yakin bahawa aku telah terbunuh, dan insyaaAllah kami bertemu kembali di jannah. Pak cik.. setibanya engkau di rumahku, akan engkau temui seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Ia adlh adikku.. tak pernah aku masuk rumah kecuali ia menyambutku dgn keceriaan, dan tak pernah aku pergi kecuali diiringi isak tangis dan kesedihannya. Ia begitu terkejut ketika mendengar kematian ayah tahun lalu, dan sekarang ia akan terkejut mendengar kematianku. Ketika melihatku mengenakan pakaian safar ia berkata dgn berat hati, "Abang.. jangan engkau tinggalkan kami lama-lama.. segeralah pulang.. !!" Pak cik.. jika engkau bertemu dengannya maka hiburlah hatinya dgn kata-kata yg manis. Katakan kepadanya bahawa abangmu mengatakan, "Allah-lah yg akan menggantikanku mengurusmu." Abu Qudamah melanjutkan, "Kemudian anak muda itu berusaha menguatkan dirinya, tapi nafasnya mulai sesak dan kata-katanya tak jelas. Ia berusaha kedua kalinya untk menguatkan dirinya dan berkata, "Pak cik.. demi Allah, mimpi itu benar.. mimpi itu sekarang menjadi kenyataan. Demi Allah, masa ni aku benar-benar sedang melihat al-Mardhiyyah dan mencium bau wanginya." Lalu pemuda itu mulai sekarat, dahinya berpeluh, nafasnya tersekat-sekat dan kemudian wafat di pangkuanku." Abu Qudamah berkata, "Maka kulepaskan pakaiannya yg berlumuran darah, lalu kuletakkan dlm sebuah bekas, kemudian kukebumikan dia. Selesai mengebumikannya, keinginan terbesarku ialah segera kembali ke Raqqah dan menyampaikan pesannya kepada ibunya. Maka akupun kembali ke Raqqah. Aku tak tahu siapa nama ibunya dan dimana rumah mereka. Tatkala aku menyusuri jalan-jalan di Raqqah, terlihat olehku sebuah rumah. Di depan rumah itu ada gadis kecil berumur Sembilan tahun yg berdiri menunggu kedatangan seseorang. Ia melihat- lihat tiap orang yg lalu di depannya. Setiap kali melihat orang yg baru pulang dari bepergian ia bertanya, "Pak cik.. Anda datang dari mana?" "Aku datang dari jihad, " kata lelaki itu. "Kalau begitu abangku ada bersamamu..?" tanyanya. "Aku tak kenal, siapa abangmu..?" kata lelaki itu sambil berlalu. Lalu melintaslah orang kedua, dan tanyanya, "Akhi, Anda datang dari mana?" "Aku datang dari jihad, " jawabnya. "Abangku ada bersamamu?" tanya gadis itu. "Aku tak kenal, siapa abangmu..?" kata lelaki itu sambil berlalu. Lalu melintasalah orang ketiga, keempat, dan demikian seterusnya. Lalu setelah putus asa menanyakan saudaranya, gadis itu menangis sambil tertunduk dan berkata, "Mengapa mereka semua kembali tetapi abangku tak kunjung kembali?" Melihat ia seperti itu, akupun datang menghampirinya. Ketika ia melihat kesan-kesan safar padaku dan beg yg kubawa, ia bertanya, "Pak cik.. Anda datang dari mana?" "Aku datang dari jihad, " jawabku. "Kalau begitu abangku ada bersamamu?" tanyanya. "Dimanakah ibumu?" tanyaku. "Ibu ada di dlm rumah, " jawabnya. "Sampaikan kepadanya agar ia keluar menemuiku, " perintahku kepadanya. Ketika perempuan tua itu keluar, ia menemuiku dgn wajah tertutup pakaiannya. Ketika aku mendengar suaranya dan ia mendengar suaraku, ia bertanya, "Hai Abu Qudamah, engkau datang hendak mengucapkan takziah / memberi khabar gembira?" Maka tanyaku, "Semoga Allah merahmatimu. Jelaskanlah kepadaku apa yg engkau maksud dgn ucap takziah dan khabar gembira itu?" "Jika engkau hendak mengatakan bahawa anakku telah gugur di jalan Allah, dlm keadaan maju dan pantang berundur bererti engkau datang membawa khabar gembira untukku, kerana Allah telah menerima hadiahku yg telah kusiapkan untuk-Nya sejak tujuh belas tahun silam. Tapi jika engkau hendak mengatakan bahawa anakku kembali dgn selamat dan membawa ghanimah, bererti engkau datang untk bertakziah kepadaku, kerana Allah belum berkenan menerima hadiah yg kupersembahkan untuk-Nya, " jelas si perempuan tua. Maka ku katakan, "Kalau begitu aku datang membawa khabar gembira untukmu. Sesungguhnya anakmu telah terbunuh fi sabilillah dlm keadaan maju dan pantang mundur. Ia bahkan masih menyisakan sedikit kebaikan, dan Allah berkenan untk mengambil sebahagian darahnya hingga ia redha." 'Tidak!, kurasa engkau tak berkata jujur, " kata si ibu sambil memandang kepada bekas yg kubawa, sedang puterinya menatapku dgn tenang. Maka ku keluarkanlah isi beg tersebut, kutunjukkan kepadanya pakaian puteranya yg berlumuran darah. Nampak serpihan wajah anaknya berjatuhan dari kain itu, diikuti titisan darah yg bercampur beberapa helai rambutnya. "Bukankah ni adlh pakaiannya.. dan ni serbannya.. lalu ni seluarnya yg engkau kenakan kepada anakmu sewaktu berangkat berjihad..?" kataku. "Allaahu Akbar..!!" teriak si ibu kegirangan. Adapun gadis kecil tadi, ia justru meraung seperti histeris lalu jatuh terkulai tak sedarkan diri. Tidak lama kemudian ia mulai merintih, "Aakh..! aakh..!" Si ibu merasa cemas, ia bergegas masuk kedalam mengambil air untk puterinya, sedang aku duduk di samping kepalanya, menjiruskan air kepadanya. Demi Allah, ia tak sedang merintih.. ia tak sedang memanggil-manggil abangnya. Akan tetapi ia sedang sekarat!! Nafasnya semakin berat.. dadanya kembang kempis.. Lalu perlahan rintihannya terhenti. Ya, gadis itu telah tiada. Setelah puterinya tiada, ia mendakapnya lalu membawanya ke dlm rumah dan menutup pintu di hadapanku. Tapi sayup- sayup terdengar suara dari dalam, "Ya Allah, aku telah merelakan kepergian suamiku, saudaraku, dan anakku di jalan-Mu. Ya Allah, kuharap Engkau meridhaiku dan mengumpulkanku bersama mereka di jannah-Mu." Abu Qudamah berkata, "Maka kuketuk pintu rumahnya dgn harapan ia akan membukakan. Aku ingin memberinya sejumlah wang, / menceritakan kepada orang-orang tentang kesabarannya sehingga kisahnya menjadi teladan. Akan tetapi sungguh, ia tak membukanya untukku ataupun menjawab seruanku. "Sungguh demi Allah, tak pernah kualami kejadian yg lebih menakjubkan dari ini, " kata Abu Qudamah mengakhiri kisahnya Lihatlah, bagaimana si ibu mengorbankan segala yg ia miliki demi mengharapkan kebahagiaan ukhrawi. Ia memerintahkan anaknya untk berjihad fi sabilillah demi keridhaan Ilahi. Maka bagaimanakah nasib para pemalas seperti kita. Apa yg telah kita korbankan demi keridhaan-Nya

other source : http://pinterest.com, http://docstoc.com, http://ilmu-syariat-mdm.blogspot.com

0 Response to "Tarikh: Cerita Abu Qudamah (kisah Teladan)"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *