[Kisah Islam] Haji: Antara Panggilan Allah Dan Bisikan Setan

jogjacamps.blogspot.com - Di dlm sebuah hadits Nabi, beliau Saw bersabda:’’ Tidak ada yg lebih pantas balasan bagi haji mabrur (diterima), kecuali surga (H.R Bukhori). Ketika mendengar hadis ini, seolah-olah Nabi Saw ingin mengatakan kepada semua pengikutnya agar supaya ritual hajinya benar-benar diterima oleh Allah Swt, alias mabrur.

Sebab, makna yg tersirat di dlm ‘’Mabrur’’ itu mampu memberikan perubahan signifikan terhadap perilaku, sikap, serta pitutur pelaku haji itu sendiri. Para ulama’ sepakat, yg dinamakan haji mabrur ialah haji yg benar-benar menggunakan dana yg halal seratus persen, dan memberikan dampak yg positif terhadap perilakunya sehari-hari.


Haji: Antara Panggilan Allah Dan Bisikan Setan
Haji: Antara Panggilan Allah Dan Bisikan Setan

Namun, tak semua orang yg menunaikan ibadah haji tiap tahun memiliki predikat mabrur. Sebab, realitasnya masih banyak pejabat, ustad (kyai), yg berhaji berkali-kali, tetapi masih suka menipu, berdusta, korupsi. Padahal, mereka sering datang ke Makkah, baik umrah maupun haji. Jika haji dan umrahnya benar, pasti akan memberikan perubahan signifikan terhadap prilaku mereka.

Barangkali benar apa yg ditulis oleh K.H. Prof. Dr. Ali Mustafa Ya’kub, seorang ulama’ yg sekaligus Imam Besar Masjid Istiqal Jakarta, yg pernah menulis kolom bertajuk ‘’Haji Pengabdi Syetan’’. Beliau mengkritik, disaat bencana datang bertubi-tubi, ternyata beberapa pejabat yg ikut serta menunaikan ibadah haji (GATRA, 17/10). Ternyata, anak istri, orangtua, dan mertua, jg ikut serta menunaikan ibadah haji. Total, jumlah jama’ah yg ikut sekitar 60 orang, tetapi mereka membiayai sendiri keberangkatan haji ke tanah Suci.

Yang menjadi pertanyaan ialah, begitu giatnya sebagian orang Indonesia menunaikan ibadah haji hingga berkali-kali. Jangan-jangan, keberangkatan mereka itu bukan karena perintah-Nya, melainkan bisikan dan nyayian syetan yg sangat indah nan lembut.

Ali Mustafa melanjutkan:’’ jangan-jangan kita mengikuti bisikan syetan agar di mata orang awam disebut orang luhur. Banyak orang yg beranggapan, syetan hanya menyuruh kita berbuat jahat, tak menyuruh beribadah. Iblis tak menyuruh orang suka beribadah untk mabuk, melainkan menyuruhnya, antara lain haji berkali-kali (GATRA, 17/2010).

Diterangkan dlm sebuah kisah klasik, seorang ahli ibadah menabung uang bertahun-tahun untk bekal menunaikan ibadah haji. Ketika bekal (uang) sudah cukup. Dia melihat tetangganya yg sangat miskin, dan tak mampu membeli makan. Demi memenuhi kebutuhan perut, khawatir tetangganya itu akan mengkonsumsi barang haram. Melihat tetangganya seperti itu, ia-pun merelakan uang yg akan digunakan berangkat haji untk membantu tetangganya tersebut. Dia rela, tak jadi menunaikan ibadah haji, demi menyelamatkan tetangganya. Dan hal ni ternyata dikabarkan, bahwa orang yg niat haji hakekatnya sudah menjadi haji mabrur.

Ini benar kiranya. Sebab, tiap orang yg sudah niat haji wajib, kemudian sudah menabung, tetapi dia gagal berangkat dgn alasan yg syar'i (agama), seperti; ditipu, uangnya dibawa kabur. Sesungguhnya, orang tersebut sudah dikategorikan telah menunaikan ibadah haji. Nabi Saw menuturkan:’’ barang siapa sudah niat (keluar rumah) menunaikan ibadah haji, maka ia senantiasa dlm naungan-Nya. Jika ia meninggal sebelum melaksanakan nusuk (ibadah haji) di Makkah, maka pahalnya tetap sempurna di sisi-Nya. [1]

Banyak sekali muslim Indonesia yg tertipu oleh travel dan KBIH nakal yg tak memberangkatkan jamaahnya ke tanah suci. Tangisan mereka akan mengemparkan penduduk langit. Keluhan mereka akan sampai ke langit. Wajar, jika Nabi Saw menuturkan bahwa do’anya jama’ah haji itu tak akan ditolak oleh Allah Swt. Sebab, mereka mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, dgn niatan memenuhi panggilan-Nya, ternyata segelintir manusia berhati iblis membawa kabur keringat mereka.

Sungguh, inilah yg disebut dgn menunaikan haji yg sebenarnya. Walaupun mereka belum pernah melihat rumah Allah Swt, tetapi do’a mereka telah menembus dinding-dinding baitulah yg agung nan mulia.

Jika dianalogikan, yg pantas menjadi tamu (duta Allah) di Makkah, bukanlah mereka yg haji / umrah berkali-kali. Tetapi, mereka yg menabung bertahun-tahun untk berjumpa dengan-Nya melalui celah-celah rumah-Nya.

Jujur, seandainya uang mereka dipergunakan meng-hajikan hamba-hamba Allah yg sholih. Itu lebih baik, dari pd memenuhi nafsu hajinya. Sebab, nafsu haji berkali-kali itulah yg disebut dgn nyanyian syetan yg begitu indah nan merdu. Sehingga mereka mengira, bahwa panggilan itu panggilan Allah, padahal sejatinya adlh bisikan syetan. Title : Haji: Antara Panggilan Allah Dan Bisikan Setan

other source : http://wawanislam.blogspot.com, http://cnn.com, http://merdeka.com

0 Response to "[Kisah Islam] Haji: Antara Panggilan Allah Dan Bisikan Setan"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *